Langsung ke konten utama

Teori Pertukaran



Awalnya sejarah perkembangan teori pertukaran  menurut Molm dan Cook (dalam Ritzer, 2011: 356)  di mulai dengan akarnya di dalam behaviorisme. Behaviorisme berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku dan berpengaruh tidak langsung terhadap teori pertukaran. Sosiologi perilaku memusatkan langsung perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku aktor.
Menurut Turner (dalam Sunarto, 2000: 232) bahwa pokok pikiran didalam teori pertukaran adalah sebagai berikut:
1)      Manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan oranglain. Hal tersebut juga terjadi pada pekerja parkir dan instansi yang memberikan perizinan parkir yaitu Dinas Perhubungan Kota Dumai. Instansi ini melakukan transaksi sosial dengan pekerja parkir berupa pemberian izin lokasi parkir dan keuntungan yang didapat adalah pajak yang dibayar oleh pekerja parkir berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.
2)      Dalam melakukan transaksi sosial manusia melakukan perhitungan untung dan rugi. Sebelum adanya kesepakatan pajak yang akan dibayar pekerja parkir perempuan kepada instansi yang memberikan perizinan lokasi parkir, pastinya kesepakatan besarnya nilai pajak yang akan di bayar disepkati berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diterima kedua belah pihak.
3)      Manusia cenderung menyadari adanya berbagai alternatif yang tersedia baginya.
4)      Manusia bersaing satu dengan lainnya.
5)      Hubungan pertukaran secara antar individu berlangsung dalam hampir semua konteks sosialnya dan,
6)      Individu pun mempertukarkan berbagai komoditas tak berwujud seperti perasaan dan jasa.
Pertukaran yang berulang-ulang mendasari hubungan sosial yang berkesinambungan antara orang-orang tertentu. Seseorang akan semakin cenderung melakukan suatu tindakan manakala tindakan tersebut makin sering disertai imbalan.
Menurut Peter Michelle Blau (dalam Dwirianto, 2013: 64) bahwa proses pertukaran dasar itu melahirkan gejala yang muncul dalam bentuk struktur sosial yang lebih kompleks. Pertukaran sosial yang dimaksud Blau terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan tak kunjung datang. Dalam model Blau, manusia tidak didorong hanya untuk kepentingan diri yang sempit. Seperti Homans, Blau menekankan pentingnya dukungan sosial suatu imbalan. Keinginan ini mencerminkan kebutuhan egoistik untuk difikirkan sebaik-baiknya oleh orang lain, tetapi untuk memperoleh tipe penghargaan ini, individu harus mengatasi dorongan egoistic yang sempit dan memperhitungkan kebutuhan dan keinginan oranglain.
Teori pertukaran (exchange theory) berakar pada pemikiran ahli filsafat sosial pada abad ke 18. Dikala itu Inggris berkembang pemikiran utilitarian, yang diantaranya dipelopori oleh Jeremy Bentham. Menurut Bentham para penganut prinsip kemanfaatan (utility) terdiri atas mereka yang mengukur baik buruknya suatu tindakan dengan melihat pada penderitaan dan kesenangan (pain and pleasure) yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dianggap adil, baik, atau yang bermoral manakala tindakan tersebut mengakibatkan hal yang menyenangkan, bila suatu tindakan mengakibatkan penderitaan maka tindakan tersebut dianggap buruk, tidak adil, tidak bermoral (Sunarto, 2000: 232).
Teori pertukaran awal mula-mula dikembangkan oleh para ahli antropologi Inggris seperti Bronislaw Malinowski, dan diperhaluskan oleh ahli antropologi Perancis seperti Marcel Mauss dan Claude Levi Strauss. Inti dari teori ini adalah bahwa manusia adalah makhluk yang mencari keuntungan (benefit), menghindari biaya (cost), manusia dalam perspektif para penganut pertukaran merupakan makhluk pencari imbalan (reward seeking animal).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Sistem Sosial

Teori system sosial menjelaskan tentang dinamika oganisasi dalam istilah-istilah dari jaringan sosial- hubungan dan interaksi orang didalam dan diuar organisasi. Blau dan Scott (1962) mengenalkan dua prinsip dasar yang membantu mendefinisikan sistem sosial. Salah satunya adalah susunan hubungan-hubungan sosial, atau pola-pola dari interaksi-interaksi sosial didalam sistem sosial.. Yang lain adalah budaya, atau nilai-nilai kebersamaan dari orang-orang di dalam sistem sosial. Hal ini berguna untuk mengingat bahwa susunan hubungan sosial dan budaya dari organisasi dapat dilihat secara formal, informal atau holistik. Struktur sosial ditentukan oleh jenis interaksi sosial, antara orang dengan berbagai status dalam organisasi. Tindakan Sosial mengacu pada jenis dan tingkat interaksi di antara mereka dalam sebuah organisasi, apakah mereka lebih tinggi, rendah, atau berorientasi pada teman sebaya. Misalnya, penting untuk dicatat bagaimana-sering dan panjangnya orang bercakap-cakap satu de

Teori Struktural Fungsional

Struktural Fungsional Teori fungsional memiliki asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsistem, keseluruhan subsistem tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Menurut aliran struktural fungsional (parson), bahwa pranata-pranata utama dalam setiap kebudayaan hubungan satu dengan yang lain dan memiliki fungsi khusus dalam hubungan satu dengan yang lain .   Setiap pranata (termasuk sistem kekuasaan) penting untuk berfungsi secara normal dimana kebudayaan pranata itu berada   untuk melanjutkan eksistensisnya. Talcott parson dan edwar A shils mengatakan yang dimaksud dengan sistem sosial dapat digambarkan sebagai   “a system of interactive relationship of a plurality of individual actors” sementara itu Hugo F. Reading mentakan bahwa sistem sosial biasanya digambarkan sebagagai “a system if social elements” . Sedangkan Thomas Fourd Hold mengatakan bahwa sistem sosial adalah “the totality of relationship of involved indiv

Analisis Cinta Menurut Teori Sosiologi

Kerangka Konsep Sosiologi untuk Membingkai Cinta Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji masyarakat, baik meliputi proses sosial, nilai dan norma sosial, kelompok sosial, dan lain sebagainya yang terdapat dalam masyarakat. Masyarakat menjalain hubungan timbal balik individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang bersifat asosiatif maupun disosiatif. Konsep asosiatif mengarah pada proses penyatuan individu dan kelompok dalam suatu masyarakat yang satukan oleh perasaan afeksi (kasih sayang), afeksi dapat juga diartikan sebagai kategori cinta. Namun cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang, buktinya ucapan cinta kadang membuat sakit hati dan saling membenci. Cinta dalam makna normatif berarti ungkapan kasih sayang dari seseorang diwujudkan dalam bentuk afeksi dan proteksi. Pewujudan afeksi sudah jelas bentuknya berupa kasih sayang, namun perwujudan proteksi yang diartikan melindungi kadang disalahlakukan sebagai koersif a