Langsung ke konten utama

Analisis COVID-19 Dengan Fakta Sosial Durkheim



Wabah COVID-19 yang telah terjadi semenjak kemunculan pertamanya pada  bulan desember 2019 di Wuhan China telah menyebar ke seluruh negara di dunia. Ada 215 negara yang telah terjangkit oleh virus ini ( sumber WHO 8/5/2020). Di indonesia kasus pertama disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi pada tanggal 2 maret 2020 (detik.com)  yang kemudian dengan cepat menyebar keseluruh wilayah indonesia, data terakhir per 8 mei 2020 ada  13.122 orang (covid19.go.id) yang telah positif terkena corona,  hampir seluruh provinsi telah melaporkan kasus corona ini. Penyebararan yang begitu cepat telah diantisipasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan pembatasan sosial. dimulai dari tanggal 16 maret - 30 maret pemerintah memberlakukan dan mengajak masyarakat untuk menerapkan social distancing dan pyshical distancing. Tak cukup hanya dengan itu pemerintah di beberapa kota telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) demi menekan lajunya jumlah penyebaran virus corona.

Semenjak itu kondisi masyarakat indonesia mengalami perubahan dalam kehidupan individual maupun sosial. Secara individual aktivitas masyarakat untuk beribada, bekerja dan belajar mulai dilaksanakan dirumah, meski tidak semua yang kemudian bisa menjalankannya. Larangan untuk beraktivitas diluar rumah membuat aktivitas sosial masyarakat juga berubah.  Hal ini membuat masyarakat harus menerima sebuah fenomena baru dalam hubungan sosial. Masyarakat dipaksa untuk menerima fakta sosial baru dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang banyak. Pada saat seperti sekarang struktur sosial di dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam menghadapi masalah ini. Durkheim melihat bahwa pencapaian suatu kehidupan sosial dan keberadaan keteraturan sosial dalam masyarakat  yang dinamakan solidaritas sosial sebagai standar atau aturan kolektif perilaku masyarakat. Ajakan dan aturan dari pemerintah dalam menanggulangi wabah ini sangat memerlukan partisipasi penuh dari seluruh masyarakat. Untuk itu diperlukan kesadaran dari masyrakat untuk menerima kondisi saat ini sebagai suatu fakta sosial.

Ada 3 karakteristik fakta sosial menurut durkheim yang sesuai dengan kondisi saat ini:

1.      Bersifat eksternal pada individu
Fakta sosial tersebut merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan sesuatu kesadaran yang berada di luar kesadaran individu.

Adanya virus COVID -19  membuat  masing-masing individu ketika melakukan  sesuatu mulai memikirkan aspek kesehatan dan keselamatan sehingga individu akan secara sadar mulai melakukan pola hidup bersih dan sehat denga rajin mencuci tangan dan menggunakan masker ketika berkaktivitas diluar rumah.

2.      Kedua, yaitu fakta sosial bersifat memaksa individu. Sebagai anggota dari suatu kelompok atau masyarakat, individu selalu dipengaruhi, dibimbing, didorong, diyakinkan, atau dipaksa oleh fakta sosial yang melingkupinya untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh kelompoknya. Melalui suatu proses sosialisasi (pembiasaan) maka perilaku dan tindakan yang dikerjakannya diharapkan tidak akan bertentangan dengan keinginan individu. Namun demikian, tatkala individu melakukan pelanggaran maka kekuatan fakta sosial akan memaksa baik secara formal dengan pemberian sanksi/hukuman, maupun secara informal melalui peringatan maupun sindiran-sindiran. 

Wabah corona ini membuat individu dipengaruhi, diyakinkan dan dipaksa oleh berbagai macam peraturan dari pemerintah untuk rajin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak fisik dan mengurangi aktivitas di keramaian. Pada tahap ini setiap individu akan menerima fakta sosial yang baru berupa kebiasaan yang baru dalam berinteraksi dengan individu lainnya dimasyarakat. Selain itu dengan adanya upaya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 pemerintah membuat kebijakan untuk melarang mudik dan akan diberikanan sanksi jika ketahuan melanggar, individu pada akhirnya dipaksa untuk menerima peraturan ini dengan tidak mudik pada lebaran tahun  ini.

3.      Ketiga, yaitu fakta sosial bersifat umum atau tersebar luas dalam masyarakat. Fakta sosial merupakan milik bersama, bukannya merupakan sifat individu perorangan. Fakta sosial bersifat kolektif dan berpengaruh terhadap individu karena sifat kolektif tersebut.

Wabah corona bukan hanya terjadi di indonesia tetapi juga diseluruh dunia, hal ini membuat wabah ini menjadi masalah bersama. Kondisi ini diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari selain berupaya untuk melindungi diri,keluarga dan lingkungannya. akibatnya aktivitas individu lainnya dimasyarakat akan menjadi perhatian dari individu lainnya dimasyarakat. Hal ini bisa dilihat dengan sistem pendataan di tingkat RT/RW untuk tidak menerima tamu dari luar dan mendata setiap masyarakat yang keluar masuk desa dengan melakukan tes suhu ketika memasuki wilayah mereka.

Untuk menghadapi wabah ini diperlukan kerjasama dari seluruh elemen dimasyarakat, lembaga-lembaga sosial di masyarakat diharapkan mampu untuk membantu pemerintah dalam memberikan upaya kesadaran kepada masyarakat untuk mengikuti anjuran dan aturan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Sistem Sosial

Teori system sosial menjelaskan tentang dinamika oganisasi dalam istilah-istilah dari jaringan sosial- hubungan dan interaksi orang didalam dan diuar organisasi. Blau dan Scott (1962) mengenalkan dua prinsip dasar yang membantu mendefinisikan sistem sosial. Salah satunya adalah susunan hubungan-hubungan sosial, atau pola-pola dari interaksi-interaksi sosial didalam sistem sosial.. Yang lain adalah budaya, atau nilai-nilai kebersamaan dari orang-orang di dalam sistem sosial. Hal ini berguna untuk mengingat bahwa susunan hubungan sosial dan budaya dari organisasi dapat dilihat secara formal, informal atau holistik. Struktur sosial ditentukan oleh jenis interaksi sosial, antara orang dengan berbagai status dalam organisasi. Tindakan Sosial mengacu pada jenis dan tingkat interaksi di antara mereka dalam sebuah organisasi, apakah mereka lebih tinggi, rendah, atau berorientasi pada teman sebaya. Misalnya, penting untuk dicatat bagaimana-sering dan panjangnya orang bercakap-cakap satu de

Teori Struktural Fungsional

Struktural Fungsional Teori fungsional memiliki asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsistem, keseluruhan subsistem tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Menurut aliran struktural fungsional (parson), bahwa pranata-pranata utama dalam setiap kebudayaan hubungan satu dengan yang lain dan memiliki fungsi khusus dalam hubungan satu dengan yang lain .   Setiap pranata (termasuk sistem kekuasaan) penting untuk berfungsi secara normal dimana kebudayaan pranata itu berada   untuk melanjutkan eksistensisnya. Talcott parson dan edwar A shils mengatakan yang dimaksud dengan sistem sosial dapat digambarkan sebagai   “a system of interactive relationship of a plurality of individual actors” sementara itu Hugo F. Reading mentakan bahwa sistem sosial biasanya digambarkan sebagagai “a system if social elements” . Sedangkan Thomas Fourd Hold mengatakan bahwa sistem sosial adalah “the totality of relationship of involved indiv

Analisis Cinta Menurut Teori Sosiologi

Kerangka Konsep Sosiologi untuk Membingkai Cinta Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji masyarakat, baik meliputi proses sosial, nilai dan norma sosial, kelompok sosial, dan lain sebagainya yang terdapat dalam masyarakat. Masyarakat menjalain hubungan timbal balik individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang bersifat asosiatif maupun disosiatif. Konsep asosiatif mengarah pada proses penyatuan individu dan kelompok dalam suatu masyarakat yang satukan oleh perasaan afeksi (kasih sayang), afeksi dapat juga diartikan sebagai kategori cinta. Namun cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang, buktinya ucapan cinta kadang membuat sakit hati dan saling membenci. Cinta dalam makna normatif berarti ungkapan kasih sayang dari seseorang diwujudkan dalam bentuk afeksi dan proteksi. Pewujudan afeksi sudah jelas bentuknya berupa kasih sayang, namun perwujudan proteksi yang diartikan melindungi kadang disalahlakukan sebagai koersif a