Langsung ke konten utama

masyarakat petalangan di kecamatan pangkalan kuras




Masyarakat Petalangan
1.        Latar Belakang Sejarah
Masyarakat petalangan merupakan suatu masyarakat atau komunitas yang relatif tersendiri, disebabkan oleh faktor-faktor geografis, dibandingkan dengan faktor etnis, biologis dan budaya. Istilah masyarakat atau persukuan petalangan dapat  digunakan kepada suku-suku lain yang masih terasing atau terpencil, seperti suku sakai, suku kubu, suku baruk dan sebagainya. Dengan demikian istilah petalangan dapat ditujukan kepada masyarakat yang telah mengambil tempat terisolir membuat tempat pemukiman dipinggir hutan rimba dan menumpukan kehidupan dari berladang, menangkap ikan dan berburu.
Beberapa warga, terutama yang sudah tua mengingat cerita asal-usul mereka. Ada yang berasal dari Banio Koto Medan, Johor Malaysia, Gunung Sahilan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, dan cerita lainnya dari daerah Pelalawan dan Minangkabau.
Masyarakat Petalangan menggambarkan masa awal nenek moyang mereka dengan simbol-simbol, dalam Nyaniyian Panjang seperti berikut:
Tatkala gagak masih putih
Tatkala bangau masih hitam
Tatkala nenek makan keluang
Tatkala Kuantann belum bernama Kuntan
Sungai Keruh akan namanya
Tatkala Batanghari belum bernama Batanghari
Sungai Deras akan namanya
Tatkala Kampar belum bernama Kampar
Sungai Embun akan namanya
Berdasarkan dari berbagai cerita, asal usul suku Petalangan berasal dari berbagai suku seperti: suku Lubuk, suku Pelabi, Suku Penyabungan, suku Piliang. Melalui perkawinan dan kerjasama sosial lainnya, akhirnya mereka menjadi satu masyarakat dengan kepentingan dan citra kehidupan yang sama. Hal itu telah disepakati bersama, seperti pantun awal dalam Nyanyian Panjang. 
2.        Daerah dan Penduduk
Daerah pangkalan kuras yang sebagian besar masih termasuk daerah petalangan yang terpencil, sekarang terdiri dari 17 desa, setiap desa dikepalai kepala desa. Semua desa ialah:

  • Sorek satu
  • Sorek dua
  • Ukui satu
  • Ukui dua
  • Genduang
  • Betung
  • Teratang manuk
  • Dundangan
  • Dusun tua
  • Palas
  • Talau
  • Lubuk Kembang bunga
  • Air hitam
  • Tanjung beringin
  • Pangkalan lesung
  • Kemang
  • Kesuma

Dari 17 desa, 9 desa diantaranya mempunyai luas antara 70-90 km2sedangkan 8 desa lainnya mempunyai luas masing-masing antara 100-190 km2. Desa yang paling sempit adalah desa Air Hitam dan desa Betung, masing-masing memiliki luas wilayah 70 km2.

Hubungan antara desa-desa tersebut masih sangat terbatas. Di antaranya terhitung baik untuk keadaan setempat, mendapat satu kali dalam seminggu. Selebihnya tidak kurang dari 8 desa, hampir tidak dapat dihubungi sama sekali.
Perkampungan Petalangan memiliki satu kelompok rumah sekitar 50-100 buah, yang didirikan secara berdampingan dipinggir jalan. Kelompok ini merupakan pusat perkampungan, sering dipakai dengan istilah pangkalan. Karena tempat itulah yang mulanya dihuni dalam kawasan hutan rimba. Hampir setiap kampung Petalangan sekarang ini mempunyai mesjid atau surau, rumah sekolah, balai desa dan rumah kepala desa. Disekeliling rumah ada berbagai jenis buah-buahan, tetapi sering tak dapat dipetik hasilnya, karena gangguan binatang seperti: koka, cigak dan beruk.
Pertumbuhan penduduk relatif tinggi mungkin kaitannya dengan usia perkawinan didaerah Petalangan tersebut yang masih cukup rendah. Mereka telah mengawinkan anak perempuannya dalam usia 15 tahun. Sebab hubungannya pendidikan di daerah itu masih sangat rendah peminatnya. Faktor lain ialah kecenderungannya masyarakat Petalangan yang masih kuat untuk mendapatkan anak perempuan. Karena anak perempuan dipandang sebagai kelanjutan keturunan, dan pembela nasib ketika sudah tua.
3.        Sistem Sosial dan Sistem Nilai
Adat resam penduduk Petalangan mempunyai hubungan dengan sistem nilai yang berlaku dalam Kerajaan Pelalawan. Dari 29 batin di Kerajaan Pelalawan, 8 diantaranya berada di daerah Petalangan Pangkalan Kuaras, yaitu:

  • Batin Tua Napuh di Pangkalan Lesung
  • Batin Sengerih di Pangkalan Kemang
  • Batin Penatan di Sorek
  • Batin Hitam di Sungai Medang
  • Batin Putih di Sungai Air Hitam
  • Batin Muda di Genduang
  • Batin Muncak Rantau di Lubuk Kembang Bunga
  • Batin Monti Rajo di Betung /Talau

Kedelapan batin itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Pertama kelompok Napuh, dikepalai oleh Batin Tua Napuh. Kedua kelompok Pengarutan, dikepalai oleh Monti Rajo. Ketiga kelompokBatin Sengerih dan Pematan, dikepalai oleh Batin Sengerih. Dan kelompok lain dikepalai oleh Batin Muncak Rantau.
Ada beberapa panji adat dalam sistem sosial masyarakat Petalangan yang dipandang mengandung makna, yaitu:
  • Kuning, sebagai lambang kekuasaan raja yang berdaulat
  • Putih, sebagai lambang alim utama yang berkitabullah
  • Hitam, lambang daripada dubalang kuat kuasa
  • Merah, sebagai lambang masyarakat
Maka panji-panji tersebut telah menjadi lambang sistem sosial, sedangkan makna panji merupakan lambang sistem nilai. Maka sistem nilai dikatakan sebagai suatu jaringan yang terdiri dari norma-norma atau kaidah-kaidah maupun seperangkat kelaziman.
4.        Kehidupan dan Kebudayaan
Mata pencaharian penduduk Petalangan dalam bentuk sektor pertanian, sektor dagang, dan jasa. Dalam bidang pertanian ada 3 macam mata pencaharian, pertama berladang, kedua menekik getah, dan ketiga mencari ikan. Masyarakat Petalangan berladang sekali dalam setahun. Mereka membuka tanah peladangan dalam pennghujung musim kemarau, seperti bulan Juli-Agustus. Tanah peladangan merupakan tanah ulayat. Tanah yang merupakan milik persekutuan (yang dulu dibawah pimpinam batin) apabila telah ditinggalkan oleh peladang yang terdahulu dapat diolah lagi oleh peladang lain yang masih merupakan anggota ulayat tersebut. Selain itu, mereka mencari ikan disepanjang sungai daerah petalangan tersebut pada siang hari selama seminggu, yaitu hari selasa sampai hari ahad.
Untuk menambah sumber penghasilan masyarakat Petalangan menggunakan budaya mereka. Membuat macam-macam barang anyaman seperti tikar, bakul, topi dan tas, telah menjadi pekerjaan sambilan untuk ibu rumah tangga.
Dimensi buaya masyarakat Petalangan menampakkan dirinya dalam masalah hitungan dan nama hari. Mereka hanya menghitung beberapa hari saja, dan tidak menamakannya. Hitungan hari bagi mereka ialah: hari ini, besok, lepas besok, lusa, sebalik lusa, kepetang, sebalik kepetang.

sumber : https://titinbk.wordpress.com/2013/08/22/masyarakat-petalangan/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Sistem Sosial

Teori system sosial menjelaskan tentang dinamika oganisasi dalam istilah-istilah dari jaringan sosial- hubungan dan interaksi orang didalam dan diuar organisasi. Blau dan Scott (1962) mengenalkan dua prinsip dasar yang membantu mendefinisikan sistem sosial. Salah satunya adalah susunan hubungan-hubungan sosial, atau pola-pola dari interaksi-interaksi sosial didalam sistem sosial.. Yang lain adalah budaya, atau nilai-nilai kebersamaan dari orang-orang di dalam sistem sosial. Hal ini berguna untuk mengingat bahwa susunan hubungan sosial dan budaya dari organisasi dapat dilihat secara formal, informal atau holistik. Struktur sosial ditentukan oleh jenis interaksi sosial, antara orang dengan berbagai status dalam organisasi. Tindakan Sosial mengacu pada jenis dan tingkat interaksi di antara mereka dalam sebuah organisasi, apakah mereka lebih tinggi, rendah, atau berorientasi pada teman sebaya. Misalnya, penting untuk dicatat bagaimana-sering dan panjangnya orang bercakap-cakap satu de

Teori Struktural Fungsional

Struktural Fungsional Teori fungsional memiliki asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsistem, keseluruhan subsistem tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Menurut aliran struktural fungsional (parson), bahwa pranata-pranata utama dalam setiap kebudayaan hubungan satu dengan yang lain dan memiliki fungsi khusus dalam hubungan satu dengan yang lain .   Setiap pranata (termasuk sistem kekuasaan) penting untuk berfungsi secara normal dimana kebudayaan pranata itu berada   untuk melanjutkan eksistensisnya. Talcott parson dan edwar A shils mengatakan yang dimaksud dengan sistem sosial dapat digambarkan sebagai   “a system of interactive relationship of a plurality of individual actors” sementara itu Hugo F. Reading mentakan bahwa sistem sosial biasanya digambarkan sebagagai “a system if social elements” . Sedangkan Thomas Fourd Hold mengatakan bahwa sistem sosial adalah “the totality of relationship of involved indiv

Analisis Cinta Menurut Teori Sosiologi

Kerangka Konsep Sosiologi untuk Membingkai Cinta Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji masyarakat, baik meliputi proses sosial, nilai dan norma sosial, kelompok sosial, dan lain sebagainya yang terdapat dalam masyarakat. Masyarakat menjalain hubungan timbal balik individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang bersifat asosiatif maupun disosiatif. Konsep asosiatif mengarah pada proses penyatuan individu dan kelompok dalam suatu masyarakat yang satukan oleh perasaan afeksi (kasih sayang), afeksi dapat juga diartikan sebagai kategori cinta. Namun cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang, buktinya ucapan cinta kadang membuat sakit hati dan saling membenci. Cinta dalam makna normatif berarti ungkapan kasih sayang dari seseorang diwujudkan dalam bentuk afeksi dan proteksi. Pewujudan afeksi sudah jelas bentuknya berupa kasih sayang, namun perwujudan proteksi yang diartikan melindungi kadang disalahlakukan sebagai koersif a